Behavior  Based Safety (Keselamatan  berbasis Perilaku : Sejarah dan penerapannya)

Prolog

Perilaku selamat dalam bekerja merupakan hal yang prioritas dan keharusan  dalam berperilaku di tempat kerja, serta menekankan pada usaha antisipasi terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Setiap pekerja akan bekerja secara maksimal apabila terdapat jaminan terhadap keselamatannya meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan ditempat kerja. Keselamatan merupakan salah satu faktor penting dalam terlaksananya kegiatan bekerja.

Sejarah

Sejarah tentang berprilaku selamat dalam bekerja  telah menjadi  topik hangat sejak dulu di kalangan para ahli keselamatan kerja . hal  ini bermula  dari penelitian yang dilakukan oleh Herbert William Heinrich pada tahun 1930. Heinrich bekerja untuk Perusahaan Asuransi dan menerbitkan buku yang berjudul Industrial Accident Prevention, A scientific Approach’ yang dalam buku tersebut Heinrich berkesimpulan bahwa Sekitar 90% dari semua kecelakaan, cedera, dan penyakit disebabkan oleh kesalahan pekerja  serta 95 % kecelakaan ditempat kerja disebapkan oleh tindakan oleh prilaku yang tidak aman. Penelitian berlanjut hingga tahun 1970an ketika istilah “Behavior Based Safety” atau “Keselamatan berbasis perilaku” diciptakan oleh dua profesional dalam bidang keselamatan bernama Gene Earnest dan Jim Palmer. Mereka dipekerjakan oleh Procter & Gamble dan sedang mengerjakan proyek untuk mengurangi cedera di perusahaan mereka. Pada tahun 1984 Keselamatan Berbasis Perilaku mulai terbukti efektif dalam pengurangan kecelakaan di tempat kerja dan dipandang sebagai satu-satunya pendekatan yang diperlukan untuk meningkatkan keselamatan dan mengurangi insiden.

Penerapan keselamatan berbasis prilaku di tempat kerja

Keselamatan berbasis perilaku adalah sebuah pendekatan dalam mengenali dan menyelesaikan perilaku di tempat kerja yang berisiko atau berbahaya. Keselamatan berbasis perilaku berperan penting dalam menciptakan budaya keselamatan yang positif di tempat kerja, dimana setiap pekerja mengambil tanggung jawab untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan rekan kerja. Keselamatan berbasis perilaku merupakan kunci dalam mencapai budaya keselamatan yang positif dan mengutamakan keamanan seluruh pihak dalam setiap aspek pekerjaan dan untuk melakukannya, seluruh pekerja dan pihak yang ada di lingkungan kerja perlu memperkuat perilaku keselamatan di tempat kerja.

Keselamatan berbasis prilaku sendiri mencakup tindakan dan keputusan yang diambil atau untuk mencegah kecelakaan, cedera, atau paparan bahaya di lingkungan kerja. Hal ini adalah sikap mental dan pola tingkah laku yang mencerminkan kesadaran, disiplin, dan komitmen terhadap keamanan diri sendiri dan orang lain di sekitar. Dalam penerapannya sendiri yang mesti dilakukan diantaranya adalah :


1. Memahami resiko dari bahaya yang ditimbulkan dipekerjaan

Semua pihak yang ada di tempat kerja perlu memiliki pemahaman akan resiko dari pekerjaannya, hal ini menjadi dasar dari keselamatan berbasis prilaku yang nantinya akan lebih berhati hati dalam melakukan pekerjaan.

2. Memakai APD sesuai kegunaan dan peruntukannya

Menggunakan APD merupakan aspek utama dari keselamatan berbasis prilaku. Penggunaan APD yang tepat adalah tindakan pertama dalam melindungi diri sendiri dari risiko yang mungkin terjadi.

3. Mentaati Aturan Keselamatan

Aturan keselamatan  merupakan prosedur yang telah ditetapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Pekerja perlu mematuhi dan metaati aturan keselamatan yang dibuat untuk menimalisir resiko dan  sebagai panduan dalam bekerja aman dan efisien.

4. Berani melaporkan kepada yang berwenang jika menemukan bahaya

Pekerja tidak perlu ragu ketika mendapatkan hal yang membahayakan atau menemukan sistuasi yang tidak aman didalam pekerjaannya. Mereka perlu melaporkan kepada atasan atau petugas yang bertanggung jawab untuk diatasi. Komunikasi yang baik tentang keselamatan memastikan bahwa risiko dapat diidentifikasi dan diatasi dengan cepat.

5. Keselamatan merupakan hal yang prioritas dalam bekerja

Mementingkan keselamatan dalam bekerja merupakan hal yang penting dilakukan, pekerja perlu aktif dan berkontributif  dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman.

6. Menindaklanjuti potensi bahaya yang ditemui

Pekerja harus melaporkan jika menemukan potensi bahaya di tempat kerja  dan perusahaan harus segera menangani karena jika penundaan ini terjadi, maka akan meningkatkan potensi resikonya.

7. Memunculkan kesadaran  dengan proses training dan sosialisasi

Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang Perilaku berbasis keselamatan perlu dilakukan upaya yang berkelanjutan dengan cara memberikan pengetahuan dan pelatihan keselamatan.

Dalam rangka mendukung keselamatan berbasis perilaku ditempat kerja, PT Lintas Kajima yang merupakan jasa training dan sertifikasi memiliki program yang relevan  agar pekerja memiliki kompetensi dimasing-masing bidangnya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan sehat. Untuk informasi lebih lanjut terkait Program pelatihan tersebut dan program pelatihan lainnya, silakan klik disini.

Referensi :

https://weeverapps.com/safety-management/behavior-based-safety-abrief-history

https://www.aubreydaniels.com/media-center/safety/articles/what-is-behavior-based-safety-a-look-at-the-history-and-its-connection

History of Behavioural Based Safety (BBS)

Photo Credit : Amorn Suriyan / Shutterstock.com

Open chat
Hello 👋
Can we help you?