Eh guys, pernah nggak sih nemuin orang yang kayaknya sering banget izin sakit? Atau pernah gak sih kalian ngerasa bete banget sama kerjaan? Rasanya pengen bolos, pura-pura sakit, atau malah pura-pura cedera biar gak perlu ngantor? Atau mungkin, kamu sendiri pernah melakukannya? Nah, fenomena ini namanya malingering, alias pura-pura sakit biar bisa kabur dari tanggung jawab. Tapi, kenapa sih orang sampai melakukan hal ini? Yuk, kita bahas!
Apa sih Malingering?
Malingering itu beda sama absen biasa karena sakit. Kalo malingering, kita sengaja pura-pura sakit atau cedera biar gak perlu kerja. Beda sama orang yang beneran sakit, yang emang gak bisa ngapa-ngapain karena kondisinya gak memungkinkan. Tapi, kenapa sih orang sampai melakukan hal ini?
Dalam keilmuan Psikologi menawarkan beberapa penjelasan mengapa seseorang mungkin melakukan malingering:
1. Kabur dari Stres dan Rasa Takut
Hidup itu emang penuh tekanan, apalagi kalau kerjaan lagi numpuk, deadline mepet, atau lingkungan kerja lagi toxic banget. Rasanya pengen kabur aja, kan? Nah, malingering bisa jadi salah satu pelarian dari stres dan rasa nggak nyaman ini.
- Stres Kerja: Beban kerja yang berat bisa bikin kita cemas dan pengin menghindarinya. (Kelloway & Barling, 2008)
- Takut Gagal: Ada juga yang takut gagal ngerjain tugas, jadi milih pura-pura sakit aja. (Jones & Terrill, 1999)
- Konflik: Nggak pengen berantem sama rekan kerja atau bos? Malingering bisa jadi solusi (sementara). (Baron & Byrne, 1997)
2. Cari Untung atau Hindari Masalah
Kadang, malingering juga dilakukan buat dapetin keuntungan atau menghindari masalah, lho!
- Keuntungan Finansial: Siapa sih yang nggak mau cuti dibayar atau dapat kompensasi? (Simkin & Gibbs, 2006)
- Hindari Hukuman: Daripada kena SP atau dipecat, mending pura-pura sakit, kan? (Johns, 1995)
- Cari Perhatian: Ada juga yang pura-pura sakit biar dapet perhatian dan simpati dari orang lain. (Stone & Stone, 2007)
3. Masalah Psikologis
Ternyata, malingering juga bisa jadi tanda adanya gangguan psikologis, lho!
- Gangguan Konversi: Stres atau trauma bisa bikin kita ngerasain gejala fisik, meskipun sebenarnya nggak ada penyakitnya. (American Psychiatric Association, 2013)
- Gangguan Factitious Disorder: Ini lebih parah lagi, karena orang sengaja bikin dirinya sakit atau cedera biar dapet perhatian. (American Psychiatric Association, 2013)
- Depresi dan Kecemasan: Dua gangguan ini juga bisa bikin kita ngerasa capek, lemes, dan gejala fisik lainnya yang mirip kayak sakit beneran. (World Health Organization, 2016)
Dampak Malingering Bagi Kita dan Perusahaan
Malingering gak cuma ngerugiin diri sendiri, tapi juga perusahaan. Dampak negatifnya antara lain:
- Produktivitas menurun: Kalo banyak yang malingering, pekerjaan jadi gak selesai dan target gak tercapai.
- Biaya perusahaan meningkat: Malingering bikin perusahaan harus mengeluarkan biaya buat bayar gaji karyawan yang gak kerja, biaya pengobatan gak perlu, dan lain-lain.
- Moral tim menurun: Kalo banyak yang malingering, tim jadi gak kompak dan motivasi kerja turun.
- Reputasi perusahaan buruk: Kalo malingering jadi budaya di perusahaan, nama baik perusahaan bakal rusak dan bakal susah cari karyawan baru.
Gimana Sih Cara Mengatasi Malingering?
Kita bisa bantu perusahaan buat ngurangin malingering dengan cara:
- Ngomong ke atasan: Kalo kita merasa bete atau stres sama kerjaan, coba ngomong ke atasan. Siapa tau, atasan bisa bantu kita cari solusi.
- Cari keseimbangan: Luangkan waktu buat diri sendiri dan ngelakuin hal-hal yang kita sukai. Hal ini bikin kita lebih semangat kerja.
- Komunikasi terbuka: Ciptakan budaya komunikasi yang terbuka di kantor. Kita harus berani ngomong kalo ada masalah dan saling bantu buat menyelesaikan masalah.
- Motivasi diri sendiri: Cari cara buat bikin kerjaan kita lebih menarik dan menantang. Hal ini bikin kita lebih semangat dan gak mudah bete.
Kesimpulan
Malingering itu bukan solusi yang tepat buat ngadepin masalah. Kalau kamu lagi ngerasain stres, takut, atau ada masalah psikologis lainnya, mending cari bantuan profesional, ya! Jangan lupa juga buat jaga kesehatan mental dan fisik kamu, biar nggak gampang kena masalah.
Ingat, guys, malingering gak ada untungnya. Lebih baik kita fokus kerja dan ngasih yang terbaik buat diri sendiri dan perusahaan.
Referensi :
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington, VA: Author.
- Baron, R. A., & Byrne, S. P. (1997). Psychology and work: An introduction (5th ed.). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
- Johns, G. (1995). Organizational behavior (4th ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
- Jones, G. R., & Terrill, E. J. (1999). Organizational psychology: A managerial approach (5th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
- Kelloway, E. K., & Barling, J. (2008). Employee engagement: A theoretical review and strategic guide. Journal of Management, 34(2), 219-236.
- Simkin, M. G., & Gibbs, S. J. (2006). Malingering: A review of the literature and implications for forensic practice. Journal of Forensic Psychology, 21(1), 101-122.
- Stone, A. A., & Stone, M. H. (2007). Factitious disorders: The hidden patient. American Journal of Psychiatry, 164(1), 10-18.
- World Health Organization. (2016). Depression and other mental disorders. https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/254610/WHO-MSD-MER-2017.2-eng.pdf?sequence=1
- Foto :